Navigation

Siapakah Santa Claus?

Kebanyakan kalangan Kristiani meyakini Santa Claus atau Sinterklas diinspirasi dari figur seorang pastur yang bernama Santo Nicolas yang hidup pada abad ke-4 M. Dalam Encyclopedia Britannica, volume 19 halaman 648-649, edisi kesebelas, berbunyi:

"St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember... Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin... untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya tarkaitlah antara hari Natal dan Santa Claus..."

Tapi, Walaupun Sinterklas dipercaya merupakan gambaran dari seorang uskup gereja Katolik, Paus sendiri tidak yakin akan kebenarannya karena pada kenyataannya lebih banyak dongeng atau khayalan yang dibuat mengenai Sinterklas, bahkan juga tercampur dengan berbagai kepercayaan dan budaya. Pada 1970 Vatikan menghapus dan mencoret nama Santo Nicolas dari daftar orang-orang suci. Sehingga Santa Claus maupun Santo Nicolas lebih dapat diterima sebagai dongeng daripada inspirasi dari seorang yang nyata.

Menurut konversi orang Jerman dalam Kristen, pada cerita rakyat Jerman terdapat kisah tentang Dewa Odin (Wodan), yang setiap tahun, pada masa perayaan Yule, melakukan pesta perburuan yang dibimbing oleh dewa-dewa dan prajurit yang mati dalam dunianya. Anak-anak akan menaruh sepatunya, diisi oleh wortel, jerami atau gula, di dekat cerobong asap untuk kuda terbang Odin, Sleipnir, agar kuda itu memakannya. Odin lalu akan memberi hadiah anak-anak itu untuk kebaikannya dengan mengganti makanan Sleipnir dengan hadiah atau permen [Siefker, chap. 9, esp. 171-173].

Semua orang tua melarang anaknya untuk berbohong, tetapi di saat menjelang Natal, mereka membohongi anak-anak dengan cerita Santa Claus yang memberikan hadiah di saat mereka tidur. Tidak jarang anak-anak pun berharap kepada Santa Claus hadiah apa yang mereka inginkan, padahal Santa Claus merupakan dongeng belaka. Bukankah ini suatu kejanggalan? Ketika anak-anak menginjak dewasa, tidak menutup kemungkinan mereka beranggapan bahwa Tuhan hanyalah mitos atau dongeng pula.

Cerita Santa Claus juga diyakini memberikan pengaruh buruk terhadap psikologi anak-anak, antaranya:

    Mengajarkan kebohongan. Sebab Santa Claus adalah tokoh fiktif yang sengaja diciptakan untuk membohongi benak anak-anak mengenai harapan dan figur suatu tokoh. Terkadang orang tua Kristiani begitu bersemangat mengisahkan dongeng Santa Claus, dan anak-anak mereka banyak yang mempercayainya sebagai kisah nyata. Dengan cara ini tidak sedikit anak-anak dikemudian hari yang telah berpikir dewasa merasa tertipu, dan mereka pun mengatakan: "Saya akan membongkar pula tentang mitos Yesus Kristus!".
    Mengajarkan sihir. Dengan kereta terbang, hidup abadi, roh gentayangan, serta kisah fiktif lainnya yang dibungkus dengan berbagai cerita mistis dan tidak masuk akal, membuat anak-anak ingin mengenal lebih jauh perihal dunia sihir yang merupakan kuasa setan.
    Mengajarkan ketidaksopanan. Santa Claus dikisahkan setiap masuk rumah selalu dengan sembunyi-sembunyi bahkan melalui cerobong asap. Hal ini dinilai cerminan ketidaksopanan.
    Kebohongan yang bervariasi. Banyak versi Santa Claus disetiap Negara yang dibuat seakan kisah bohong ini benar-benar ada. Seperti dikatakan sosok Santo Nicolas abad ke-4 M lebih dapat dipercaya sebagai dongeng daripada sosok yang sungguh eksis. Sosok Santo Nicolas pun diyakini tidak sama dengan Santa Claus:
    • Santa Claus dirayakan 25 Desember, tapi St. Nicholas 6 Desember (di Belanda 5 Desember).
    • Santa Claus bertubuh pendek dan gemuk, tapi St. Nicholas kurus dan tinggi.
    • Santa Claus bertopi dan Kaos Merah, tapi St. Nicholas bertopi Uskup dan tongkat panjang. [Encyclopedia Britannica, volume 19]
    Pribadi Santa merusak. Santa Claus bertubuh tambun, terlalu banyak makan, minum, dan kurang berolahraga. Sifat-sifat malas ini tidak bagus untuk pola hidup sehat. Demikian hasil penelitian Dr. Nathan Grills, Universitas Melbourne yang diterbitkan British Medical Journal.


Herbert W. Armstrong juga mengatakan bahwa upacara "Si Santa Tua" merupakan setan. Sehingga Natal, perayaan paganisme yang identik dengan tokoh Santa Claus, dongeng untuk membohongi anak-anak, makin membuktikan bahwa perayaan ini adalah bentuk kesesatan yang nyata. Apalagi telah kita ketahui bahwa Yesus tidak lahir tanggal 25 Desember, melainkan tanggal tersebut merupakan hari raya penganut paganisme dalam merayakan kelahiran dewa atau berhala mereka. Dalam Yeremia disebutkan:

Yeremia 10:8-9
10:8 Berhala itu semuanya bodoh dan dungu; petunjuk dewa itu sia-sia, karena ia hanya kayu belaka. --
10:9 Perak kepingan dibawa dari Tarsis, dan emas dari Ufas; berhala itu buatan tukang dan buatan tangan pandai emas. Pakaiannya dari kain ungu tua dan kain ungu muda, semuanya buatan orang-orang ahli. --

Sehingga dari itu semua dapat disimpulkan bahwa Natal dan apapun yang identik dengannya merupakan bentuk pelestarian terhadap kesesatan, budaya pagan, kebohongan sejarah, dan pemborosan.


Share
Sponsor a Child in Jesus Name with Compassion

Unknown

Blog ini berisi Renungan dan berbagai Artikel juga dokumentasi kegiatan
Remaja GMIM solafide Perkamil

Post A Comment:

0 comments: