Navigation

Minggu-Minggu Sengsara

“Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, . . . Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia. . . . Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia;” (Yoh 17:11,14,18).


Di beberapa gereja, minggu ini atau minggu ke-tujuh sebelum hari Paskah, sudah dikenang minggu-minggu sengsara yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus sekitar 2000 tahun berselang. Puncak dari 7-minggu itu adalah pada minggu terakhir yang dikenal dengan ‘The Passion of the Christ’ yang saat ini dibuatkan filmnya oleh Mel Gibson untuk menggambarkan kesengsaraan Yesus pada hari-hari sebelum disalib.

Pada kurun waktu minggu-minggu itu, kita mengenal Doa Tuhan Yesus yang terkenal, doa yang merupakan puncak pergumulan Tuhan Yesus dalam hubungan dengan murid-murid-Nya yang tidak lama lagi akan ditinggalkan-Nya.

Dalam doanya, Tuhan Yesus mengemukakan relasi murid-murid-Nya dengan ‘Dunia’, dunia yang selama ini dimasukinya dalam keadaan ‘inkarnasi’, dunia yang merupakan ajang pertarungan-Nya dengan penguasa dunia si Iblis, dan sekarang Ia akan meninggalkan murid-murid-Nya dalam kancah itu tanpa penyertaan diri-Nya dan tanpa bimbingan diri-Nya.

Dalam doa-Nya, Tuhan Yesus menyatakan kepada Bapa bahwa diri-Nya akan tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi Ia memikirkan murid-murid-Nya yang masih ada di dalam dunia. Ini adalah rasa tanggung jawab Tuhan Yesus yang tinggi pada para murid-Nya.

Banyak pemimpin dunia menyelamatkan dirinya dan meninggalkan rakyatnya menjadi korban keadaan yang menderita atau dalam penguasaan musuh, dan banyak pemimpin demikian lebih melihat rakyat yang dibawahnya sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan politik, namun tidak demikian dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus justru memikirkan keadaan murid-murid-Nya dan salah satu tujuan pengorbanan dan kematian-Nya adalah untuk menyelamatkan murid-murid-Nya juga.

Yesus menyadari bahwa murid-murid setelah menjadi pengikut-Nya juga berstatus bukan dari dunia, mereka sekarang adalah warga negara surga, mereka sudah dipanggil keluar dari dunia ini. Tetapi kenyataannya, murid-murid masih berada di dalam dunia, tempat di mana ada kancah peperangan melawan dosa dan Iblis serta pengikutnya berada, dan di tempat inilah murid-murid masih akan dibenci oleh dunia karena statusnya sebagai warga surgawi.

Bagaimana mungkin para murid sekaligus bukan dari dunia tetapi masih ada di dalam dunia? Tuhan Yesus menekankan dalam doa-Nya bahwa murid-murid di utus ke dalam dunia, mereka diutus layaknya seorang utusan kerajaan Kristus (ambassador for Christ). Ini adalah status mulia yang diberikan kepada murid-murid Yesus. Doa Tuhan Yesus di atas memberikan pelajaran berharga bagi kita sebagai umatnya, Yaitu:


(1) Kita masih berada di dunia,
ini berarti kita harus sadar bahwa sebagai murid-murid Yesus kita berada di dunia dengan segala permasalahannya sebagai warga dunia. Adalah salah bila murid-Yesus melarikan diri dari dunia atau hidup keluar dari dunia dengan anggapan bahwa dunia ini kotor dan penuh dosa sehingga kita perlu hidup secara asketik dengan meninggalkan segala sesuatu yang berbau duniawi, melainkan kita harus menjadi manusia dunia sebagaimana orang lain. Namun perlu disadari bahwa ini tidak berarti bahwa kita hidup bebas secara duniawi sama halnya dengan kehidupan orang dunia pada umumnya, karena Tuhan Yesus sendiri mengemukakan, bahwa:

(2) Kita bukan dari dunia,
ini berarti bahwa setelah kita beriman dan bertobat, maka kita telah menjadi warga surgawi, kita telah dikuduskan dan telah ditarik keluar dari dunia agar kita hidup dalam kebenaran dan kasih. Hidup kita telah menjadi milik Tuhan Yesus dan kita bukan milik kita sendiri karena kehadiran kita sebagai umat beriman telah menyandang nama Tuhan Yesus, maka kita patut hidup sesuai norma-norma Alkitab dan kehendak Allah. Lebih dari itu:

(3)Kita diutus ke dalam dunia,
ini berarti bahwa seorang murid Tuhan Yesus mengemban tugas sebagai utusan Kristus yang baik, memberitakan kabar sukacita (evangelion) dan kebenaran Allah kepada sesama manusia sebagai kesaksian hidup.

Kondisi paradox ini dengan jelas dikemukakan oleh rasul Paulus dalam suratnya bahwa sebenarnya ia senang hidup bersama Kristus, namun ia perlu hidup di dunia ini untuk mengemban tugas berbuah dalam membina jemaat, dan ucapannya ini disampaikan ketika ia berada di penjara, kondisi yang tidak ideal sebagai konsekwensi seseorang yang dibenci oleh dunia.


“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus aku pilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus – itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” (Flp.1:21-24).

Status sebagai warga negara surgawi dan sebagai utusan Tuhan Yesus memang akan menuai badai kebencian, namun sekalipun kita mengalami penderitaan oleh karena nama Yesus, di balik itu Tuhan Yesus dalam doanya juga menjanjikan bahwa Tuhan Yesus mendoakan kita (Yoh.17:9), Ia akan memelihara (ay.11,12) dan menjaga kita (ay.12), Ia memberikan kita sukacita (ay.13), dan bahkan Allah akan melindungi kita dari yang jahat (ay.15). Karena itu sebagai orang yang masih di dalam dunia, tetapi sudah menjadi milik Tuhan Yesus dan bukan lagi dari dunia, dan sebagai seorang utusan surgawi, hendaklah kita bersyukur atas status kita yang demikian luhur sebagai seorang yang telah dianugerahi kasih dan damai sejahtera oleh Tuhan, karena Tuhan Yesus akan tetap bersama dengan kita (God be with us, ay.24).

Kiranya damai sejahtera Allah dan kasih Kristus menyertai kita sekalian. Amin!
Share
Sponsor a Child in Jesus Name with Compassion

Unknown

Blog ini berisi Renungan dan berbagai Artikel juga dokumentasi kegiatan
Remaja GMIM solafide Perkamil

Post A Comment:

0 comments: